Rabu, 09 Januari 2013

Paragraf eksposisi


Paragraf eksposisi adalah salah satu bentuk tulisan atau retorika yang berusaha untuk menerangkan dan menguraikan suatu pokok pikiran yang dapat memperluas pandangan atau pengetahuan seseorang yang membaca uraian tersebut. (Keraf, 2009:3)
Paragraf  ini bertujuan menyampaikan fakta-fakta secara teratur, logis dan saling bertautan dengan maksud untuk memperjelas suatu ide, istilah, masalah, prosese unsur-unsur sesuatu, hubungan, sebab akibat, dan sebagainya.
Sebuah paragraf  ekposisi mempunyai beberapa ciri-ciri, yaitu:
  1. Berusaha menerangkan suatu pokok persoalan.
  2. Menggunakan gaya yang bersifat informatif.
  3. Berdasarkan fakta.
  4. Tersusun secara sistematis.
Ada dua jenis paragraf eksposisi, yaitu paragraf eksposisi dengan pola pengembangan proses dan pola pengembangan perbandingan.
  1. Paragraf eksposisi dengan pola pengembangan proses.
Paragraf ini berusaha menjelaskan bagaimana sesuatu itu terjadi atau bekerja.
Ciri-cirinya:                                              
a. Bagian-bagian dari tulisan tersebut diuraikan tahap demi tahap
b. Bagian-bagian tersebut berdasarkan fakta yang tersusun secara sistematis.
2. Paragraf eksposisi dengan pola pengembangan perbandingan.
Paragraf ini berusaha menunjukan kesamaan-kesamaan dan perbedaaan antara dua objek atau lebih.
Ciri-cirinya:
a. Menyampaikan informasi mengenai suatu hal dengan menghubungkan yang satu dengan yang lain.
b. Menyampaikan dua pokok persoalan sekaligus.
c. Membandingkan dua pokok.

Daftar Pustaka
Keraf, Gorys. 1982. .Eksposisi dan Deskripsi. Flores: Nusa Dua.

Unsur-unsur Bentuk Puisi


Puisi merupakan salah satu karya sastra yang memiliki dua unsur pembentuk, yaitu unsur batin dan unsur fisik. Pembahasan bab ini lebih terfokus pada unsur-unsur fisik puisi atau disebut pula unsur bentuk.
Unsur fisik atau bentuk puisi adalah :
  1. Tipografi (bait, baris, perwajahan) adalah pembeda yang penting genre puisi dan prosa dan drama. Tiporgafi menonjolkan bentuk visualnya. Contohnya, larik-larik puisi.
  2. Versifikasi (bunyi dan persajakan, metrum dan irama)  adalah bunyi yang dipergunakan sebagai orkestrasi, yang mengalirkan perasaan, imaji-imaji dalam pikiran, atau pengalaman-pemgalaman jiwa pembaca atau pendengar.
  3. Diksi digunakan penyair untuk membangkitkan imaji pembaca. Diksi berkaitan dengan perbendaharaan kata, urutan kata, dan daya sugesti dari kata-kata.
  4. Gaya bahasa adalah bahasa kiasan yang mengiaskan atau mempersamakan suatu hal dengan hal lainya sehingga gambaran menjadi jelas menarik dan menjadi hidup. Jenis-jenis gaya bahasa adalah perumpamaan, metafora, perbandingan, personifikasi, hiperbola dan lainya. Citraan adalah kepuitisan utama yang erat hubungannya dengan diksi. Citraan membuat pembaca atau pendengar menghayati melalui penglihatan, pendengaran, pencecapan, dan perabaan. (Yapi, 2002 : 57 – 73).

MENULIS PUISI BARU DENGAN MEMPERHATIKAN BAIT, IRAMA DAM RIMA



Arti dari Puisi Baru
Adalah   →  Puisi yang bentuknya lebih bebas daripada puisi lama baik dalam segi  Jumlah baris, suku kata, maupun rima.

CIRI-CIRI PUISI BARU
·         Bentuknya rapi, simetris
·         Mempunyai persajakan akhir (yang teratur);
·         Banyak mempergunakan pola sajak pantun  dan syair meskipun ada pola yang lain;
·         Sebagian besar puisi empat seuntai
·         Tiap-tiap barisnya atas sebuah gatra (kesatuan sintaksis)
·         Tiap gatranya terdiri atas dua kata (sebagian  besar) 4-5 suku kata.

JENIS-JENIS PUISI BARU
  1. Menurut Isinya
Ø  Balada
Ø  Himne
Ø  Ode
Ø  Epigram
Ø  Romance
Ø  Elegi
Ø  Satire
  1. Menurut Bentuknya
Ø  Distikon  Puisi dua seuntai
Ø  Terzina  Puisi tiga seuntai
Ø  Kuatrain Puisi empat seuntai
Ø  Kuint Puisi lima seuntai
Ø  Sektet Puisi enam seuntai
Ø  Septime Puisi tujuh seuntai
Ø  Oktavo/Stanza Puisi delapan seuntai
Ø  Soneta puisi yang terdiri atas empat belas baris yang terbagi menjadi dua, dua bait pertama masing-masing empat baris dan dua bait kedua masing-masing tiga baris

Contoh Puisi Baru

CONTOH BALADA
Puisi karya Sapardi Djoko Damono
yang berjudul
“ Balada Matinya Aeorang Pemberontak”.
Puisi karya W.S Rendra
yang berjudul
  “Balada Ibu yang Dibunuh”.

CONTOH ODE
Generasi Sekarang
Di atas puncak gunung fantasi
Berdiri aku, dan dari sana
Mandang ke bawah, ke tempat berjuang
Generasi sekarang di panjang masa
Menciptakan kemegahan barU
Pantoen keindahan Indonesia
Yang jadi kenang-kenangan
Pada zaman dalam dunia
(Asmara Hadi)

CONTOH EPIGRAM
Hari ini tak ada tempat berdiri
Sikap lamban berarti mati
Siapa yang bergerak, merekalah yang di depan
Yang menunggu sejenak sekalipun pasti tergilas.
(Iqbal)

CONTOH DISTIKON
Di pasar baru mereka
lalu mengada-menggaya
Meningkat sudah kesal
tak tahu apa dibuat
(Chairil Anwar)

CONTOH SEKTET
Di kelam hitam mengepung
Menjerit peluit kereta malam
Merintih ke langit
Derita hidup mengepung
Menjerit bangsaku sedang berjuang
Merintih ke langit
(Nursyamsu)

CONTOH SEPTIMA
 Duduk di pantai tanah yang permai
Tempat gelombang pecah berderai
Berbuih putih di pasir terderai
Tampaklah pulaudi lautan hijau
Gunung-gemunung bagus rupanya
Dilimpahi air mulia tampaknya
Tumpah darahku Indonesia namanya.
(Muh. Yamin)

http://cintauntukpapah.blogspot.com/2011/11/berbagi-ilmu_21.html

Menulis Puisi Lama Dengan Memperhatikan Bait, Irama dan Rima


Hakikat Puisi Lama

Puisi adalah ungkapan imajinatif yang dirangkai dengan irama dan memperhatikan pemaknaan. Jauh sebelum kita mengenal puisi komtemporer masa kini, dulu puisi telah banyak dibuat dengan berbagai bentuk dan kaidah, yaitu puisi lama. Puisi lama berbeda dengan puisi baru. Menurut Alisjahbana puisi lama adalah bagian dari kebudayaan lama yang dipancarkan oleh masyarakat lama.

Bentuk-bentuk puisi lama:
1.      Syair, yaitu sajak yang terdiri atas empat baris dalam satu bait. Baris pertama hingga terakhir pada syair berima a-a-a-a.
Contoh:
Sengsara gerangan takdirnya untung (a)
Sebagai nasib si bunga betung (a)
Hanyut di sungai terkatung-katung (a)
Diejekkan kera dan lutung (a)
2.      Karmina, yakni sajak yang terdiri atas dua baris saja. Umumnya berisi sindiran atau gurauan.
Contoh:
Kayu lurus dalam ladang
Kerbau kurus banyak tulang
3.      Pantun, yaitu sajak yang terdiri atas empat baris dalam satu baitnya. Baris pertama dan kedua merupakan sampiran, sedangkan baris yang ketiga dan keempat adalah isi. Pantun menggunakan rima a-b-a-b. Pantun memiliki banyak jenis, seperti pantun berkasih-kasihan, pantun jenaka, pantun agama, pantun perdagangan, pantun berduka, dan lain-lain.
4.      Talibun, sebenarnya dapat dikategorikan dengan pantun, jika pantun hanya terdiri dari empat baris, talibun memiliki lebih dari empat baris.
5.      Gurindam, yaitu puisi lama yang isi dan temanya tak berbeda dengan pantun, karena kebanyakan berisi nasihat dan mendidik.

Bait, Irama, dan Rima
1. Bait
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2003: 91), bait adalah satu kesatuan dalam puisi yang terdiri atas beberapa baris. Fungsi bait adalah membagi puisi menjadi bab-bab pendek.
2. Irama
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2003: 442), irama adalah alunan yang tercipta oleh kalimat yang berimbang, selingan bangun kalimat, dan panjang pendek serta kemerduan bunyi.
3. Rima
Rima adalah persamaan atau perulangan bunyi (Wiyanto, 2005: 29).

Daftar Pustaka
Alisjahbana, Sutan Takdir. 1982. Puisi Lama. Malaysia: Zaman Baru.
Depdiknas. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Wiyanto, Asul. 2005. Kesusastraan Sekolah. Jakarta: Grasindo.
Sembodo, Edy. 2010. Contekan Pintar Sastra Indonesia untuk SMP dan SMA. Jakarta: Hikmah.
http://indostamas.wordpress.com/2010/09/24/menulis-puisi-lama-dengan-memperhatikan-bait-irama-dan-rima/