Selasa, 16 November 2010

ANAK JALANAN JUGA PUTRA BANGSA INDONESIA

            Anak Jalanan yang ada di bumi ini semakin hari semakin banyak, tidak hanya di Indonesia tetapi di luar negeri pun banyak anak jalanan. Di Indonesia terutama daerah Jakarta dan sekitarnya, anak jalanan sering berada di lampu merah entah itu sedang mengamen ataupun sedang meminta-minta kepada pengendara yang sedang lewat. Beberapa tahun terakhir ini, di Indonesia, perhatian sebagian warga masyarakat terhadap kehidupan anak-anak semakin meningkat. Hal ini didorong oleh rasa kemanusiaan dan kondisi anak yang semakin terpuruk. Sosok anak-anak di Indonesia tampil dalam kehidupan yang tidak menggembirakan. Hal itu tampak dari semakin meningkatnya jumlah anak jalanan. Kondisi anak-anak yang semakin terpuruk hanya teramati dari tampilan fisiknya saja. Padahal di balik tampilan fisik itu ada kondisi yang memprihatinkan, bahkan kadang-kadang lebih dari itu. Kondisi ini disebabkan oleh semakin rumitnya krisis di Indonesia seperti, krisis ekonomi, hukum, moral, dan berbagai krisis lainnya.
            Berkaitan dengan anak jalanan, pada mumnya mereka berasal dari keluarga yang pekerjaannya berat dan ekonominya lemah. Anak jalanan tumbuh dan berkembang dengan latar kehidupan jalanan dan akrab dengan kemiskinan, penganiayaan, dan hilangnya kasih sayang, sehingga memberatkan jiwa dan membuatnya berperilaku negatif. Mereka itu ada yang tinggal di kota setempat, di kota lain terdekat, atau di propinsi lain. Ada anak jalanan yang ibunya tinggal di kota yang berbeda dengan tempat tinggal ayahnya karena pekerjaan, menikah lagi, atau cerai. Ada anak jalan yang masih tinggal bersama keluarga, ada yang tinggal terpisah tetapi masih sering pulang ke tempat keluarga, ada yang sama sekali tak pernah tinggal bersama keluarganya atau bahkan ada anak yang tak mengenal keluarganya.
            Ada beberapa kegiatan anak jalanan yaitu mencari uang, mencari kepuasan dalam dirinya, dan tindakan asusila. Keadaan kota mengundang maraknya anak jalanan. Kota yang padat penduduknya seperti Jakarta dan banyak keluarga bermasalah membuat anak yang kurang gizi, kurang perhatian, kurang pendidikan, kurang kasih sayang  serta kehilangan hak untuk bermain, bergembira, bermasyarakat, dan hidup merdeka, atau bahkan mengakibatkan anak-anak dianiaya batin, fisik, dan seksual oleh keluarga, teman, orang lain yang lebih dewasa. Upaya pemberdayaan kepada anak-anak jalanan seyogyanya terus dijalankan melalui berbagai penyelenggaraan program pendidikan luar sekolah, misalnya : Kejar Paket A, Kejar Paket B, Kejar Usaha, bimbingan belajar, pendidikan watak dan agama, pelatihan olahraga dan bermain, selatihan seni dan kreativitas. Anak jalanan masih berpeluang untuk mengubah nasibnya melalui belajar; karena itu perlu menggali sumber atau pendukung program. Agar anak-anak jalanan mau mengikuti program, maka sumber belajar harus bersikap empati dan mampu meyakinkan kepada mereka, bahwa program pendidikan tersebut benar-benar mendukung pengembangan diri mereka. Untuk itu, penguasaan terhadap karakteristik dan kebutuhan belajar anak-anak jalanan akan sangat membantu para sumber belajar untuk bersikap empati kepada mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar